Tuesday, November 18, 2008

Ya Rabbi...


"Bermusafir & Berjuanglah"

3 comments:

Anonymous said...

"Sesungguhnya dunia ini adalah rumah kebenaran bagi orang-orang yang menelitinya secara cermat dan mendalam, suatu tempat tinggal yang penuh kedamaian dan kerehatan bagi orang-orang yang memahaminya, dan yang terbaik sebagai gedung bagi orang-orang yang ingin mengumpulkan bekal bagi kehidupan akhirat. Inilah tempat untuk mencari ilmu dan hikmah bagi orang-orang yang ingin meraihnya, tempat beribadah bagi hamba-hamba Allah dan bagi para malaikat. Inilah tempat yang di dalamnya para Nabi menerima wahyu dari yang Maha Agung. Inilah pula tempat bagi para wali Allah untuk menyelenggarakan amal-amal baik dan untuk meraih imbalan yang setimpal; hanya di dunia ini mereka bisa berdagang untuk memperoleh Rahmat Allah, dan hanya ketika hidup di sini mereka bisa menukar amal-amal baik mereka dengan surga. Ya Rabbi, setelah ini semua mereka ketahui, masihkah ada yang akan bicara tentang keburukan dunia ini?"

Anonymous said...

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dianugerahi potensi sempurna untuk mengenal Allah. Maka,rugilah manusia yang meremehkan dirinya. Padahal Allah telah menyerunya: “Dan di atas bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi orang-orang yang yakin, dan juga dalam dirimu, apakah kamu tiada perhatikan? (QS 51:20-21)

Anonymous said...

Wafa
Sememangnya diakui dan tidak sekali-kali dinafikan, Insan atau Manusia ini diciptakan bukan untuk kekal didunia. Mereka akan selalu merindukan kepulangan ke tempat asal-usul mereka di kediaman surgawi. Mereka akan selalu merindukan saat-saat kedekatan mereka dengan Tuhan mereka Allah Yang Maha Agung. Semakin lama mereka berada di dunia, semakin lama pula mereka menderita. Inilah kerinduan para penempuh jalan spiritual. Seperti contoh Jalaluddin Rumi bersyair dalam Mastnawi-nya:
“dengarlah hikayat seruling bambu
ia mengeluh dari perpisahan dan perceraian
ketika mereka memotongku dari asal-usulku dari jeritanku,
semua wajah lelaki dan perempuan padam
rasanya kuingin membelah-belah diriku akibat perpisahan yang kelam
sebagai ungkapan rinduku yang mendalam
segala sesuatu yang terjauhkan dari asalnya
akan selalu menanti kesempatan pulangnya.”
Tetapi Wafa, harus juga di ingat, nilai tertinggi manusia juga ditentukan pada sejauh mana mereka dapat merasakan penderitaan dan kesusahan sahabat-sahat juga hamba-hamba Allah yang lain . Meski penderitaan itu tidak berhubungan dengannya.
Sepertimana Sa’di bersyair:
Bukan karena deritaku, mukaku menjadi pucat
Tapi derita orang-oranglah yang membuat wajahku layu
Kecintaan kepada sesama manusia, tanpa membedakan strata sosial, merupakan tangga menuju kesempurnaan